sbrsf3oh7mny1sTxm1k6ETdVC9RuzvnEtNBMaGI7

EcoGamers Berkarya, Pendidikan Berjaya

             Ternyata sudah lebih dari dua tahun ya Friends, pandemi covid-19 dengan varian-varian barunya masih membuat orang di seantero dunia ini berpikir dua kali untuk beraktivitas di luar rumah. Dampaknya menyeluruh di berbagai aspek kehidupan kita, tak terkecuali dengan dunia pendidikan. Bener nggak, Friends? Kalian merasakan juga kan, fenomena belajar dan bekerja dari rumah membuat banyak orang merasa jenuh dalam menjalani hari-harinya? Namun Friends, pergerakan yang terbatas, nyatanya tak lantas membuat kreativitas terkuras. Para pemerhati pendidikan turut mengambil peran sesuai dengan keahliannya, salah satunya adalah Ecofun Indonesia.

Friends, kalian tahu apa itu Ecofun Indonesia? Ecofun Indonesia adalah perusahaan sosial pemenang penghargaan internasional yang merupakan produsen permainan board game bertema lingkungan hasil karya anak bangsa pertama di Indonesia dan dunia. Ecofun Indonesia mengedukasi pemainnya agar lebih cinta dan peduli lingkungan. Konten game pun berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Materialnya terbuat dari bahan-bahan daur ulang yang aman dimainkan dan berkualitas. Proses daur ulang melibatkan ibu-ibu pengangguran di Indonesia. Wow, I’m so proud!

Sabtu lalu, tepatnya 15 Januari 2022, saya berkesempatan mengikuti webinar keren dari CREATONME. Mungkin ada salah satu dari kalian juga menjadi peserta webinarnya ya, Friends. Jadi, webinar ini diselenggarakan oleh Ecofun Indonesia berkolaborasi dengan ASEAN Foundation dan Maybank Foundation. Para narasumbernya kece abis, lho. Ada DR. Yang Mee Eng (Executive Director ASEAN Foundation), Mr. Khairudin Abdul Rahman (CEO Maybank Foundation), Bapak Syaifullah, SE., M.Ec., Ph.D. (Director of Applications, Games, TV and Radio, Kemenparekraf RI), Ibu Septi Peni Wulandari (co-founder Boardgameland), Kak Galih Aristo (Creative Consultant-Arcanum Hobbies), dan Kak Annisa Arsyad (Director Ecofun Indonesia). Webinar bertajuk CREATONME : Activate your Creative Skill! ini mengupas tuntas semua tentang manfaat dan peluang pembelajaran melalui game dari berbagai perspektif. How lucky me!

Dalam satu sesi di webinar ini Friends, Kak Annisa Arsyad selaku direktur Ecofun Indonesia, memperkenalkan apa dan bagaimana program CREATONME (Creative Economy Education Through Game-Based Learning) yang dimiliki oleh Ecofun Indonesia. Program ini mengangkat edukasi ekonomi kreatif melalui rangkaian training, workshop, dan webinar skala ASEAN. Sasarannya adalah siswa SMA hingga kuliah yang tertarik dengan desain board game. Nah, dalam rangka eMpowering Youth, Ecofun Indonesia bekerja sama dengan implementasi program EYAAP (Empowering Youth Across ASEAN Programme) dari ASEAN Foundation dan Maybank Foundation. Para volunteer EYAAP juga turut berpartisipasi di antara total 47 peserta dalam program CREATONME batch 1 di tahun 2021 ini. Ada volunteer dari Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Keren-keren lho karya mereka! Board game yang selama ini saya ketahui hanya catur, ludo, ular tangga, dan monopoli. Ternyata di tangan-tangan kreatif, board game dapat menjelma menjadi permainan yang fresh. Beberapa prototype board game yang telah dihasilkan oleh 4 tim peserta adalah WORKA, IJIME, Water Trip, dan Nusantara Culture Hunt.



Coba tebak, Friends! Game apa sajakah itu? Jadi, WORKA merupakan game yang mengusung tema ekonomi, di mana pemain dapat mengetahui hubungan antara pekerjaan yang layak dengan pertumbuhan ekonomi. Untuk game IJIME tema yang diangkat adalah bullying. Permainan ini dapat mengedukasi para pemain mengenai segala sesuatu tentang bullying, mulai dari jenis hingga dampaknya bagi kesehatan mental korbannya. Prototype game ke-3 adalah Water Trip. Game ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran menjaga air bersih. Sedangkan Nusantara Culture Hunt merupakan game yang menunjukkan keberagaman budaya Indonesia. Bagaimana? Wow banget kan ide-idenya? Kalau begini caranya, anak-anak pasti akan lebih mudah memahami materi belajar dengan asyik. Sesuai jargon CREATONME,

“let’s play and make an impact!”

Dengan implementasi program CREATONME ini, harapannya para generasi muda dapat menguasai 10 top skills yang akan dibutuhkan pada tahun 2025 seperti berikut:

1.       Analytical thinking ang innovation

2.       Active learning and learning strategies

3.       Complex problem-solving

4.       Critical thinking and analysis

5.       Creativity, originality, and initiative

6.       Leadership and social influence

7.       Techbology use, monitoring, and control

8.       Technology design and programming

9.       Resilience, stress tolerance, and flexibility

10.   Reasoning, problem-solving and ideation

Ayo, dicermati baik-baik Friends. Sudah siapkah kita menyongsong tahun 2025? Yuk, kita siapkan mulai sekarang!

Friends, coba deh baca pendapat dari Kak Galih Aristo-Arcanum Hobbies

“Bermain game bisa mengasah daya analisis, strategi, kerja sama, dan kolaborasi.” 

Nah, berarti sebenarnya bermain game bukan hanya untuk hiburan atau main saja, Friends. Ada banyak lesson learning yang dapat kita ambil dari game-game tersebut. Tentu saja nilai yang baik dapat kita kembangkan dan yang buruk kita hindari, ya. Eh, sebentar deh, apa itu Arcanum Hobbies? Arcanum Hobbies adalah komunitas board game yang terbentuk pada tahun 2014. Digawangi oleh Kak Galih Aristo, komunitas ini terus berkembang hingga di tahun 2016 sudah memiliki toko di Kuningan City. Toko ini menjual berbagai macam board game yang merupakan produk dari komunitasnya. Wah, hebat ya! Selain bisa menjadi wadah menyalurkan hobi bermain, Arcanum Hobbies juga dapat menjadi promotor untuk memasarkan produk board game bagi komunitasnya. Tertarik join? Kalian bisa kunjungi ke www.arcanumhobbies.com, maupun sosial medianya di instagram dan youtube @ArcanumHobbies ya, Friends.

Kak Aristo cerita nih, kalau inspirasinya membuat board game adalah dari hobinya mengoleksi berbagai action figure, game, customize, suka membaca komik, dan nonton film. Awalnya, motivasi bisnis ini adalah untuk mendapatkan akses board game dengan harga yang murah. Namun seiring waktu, passionnya ini berkembang dan mampu menghasilkan. Komunitas ini juga pernah lho bekerja sama dengan US embassy (kedutaan besar Amerika di Indonesia) dan KPK untuk membuat board game kampanye anti korupsi. Wah, salut nih idenya! Nggak nyangka kan Friends, tema-tema yang berat dan serius pun ternyata bisa dijadikan ide membuat game.

Selain bisnis toko, Kak Aristo juga menggelar program Arcanum Academy untuk mendukung industri lokal. Ia membuka kelas-kelas workshop dan mengajak para creator maupun player creator untuk mendesain game karya mereka sendiri dan dipamerkan. Ada lagi nih, program inovatif dari Arcanum Hobbies, yaitu Office Play Time. Pada program ini ditawarkan semacam outing menggunakan board game bagi perusahaan-perusahaan dengan harga yang lebih terjangkau daripada outing ke luar kota. Waduh, seru juga ini ya! Out of the box, fix!

Oke, Friends. Kali ini kita akan menyimak apa kata Ibu Septi Peni Wulandari, co-founder Boardgameland, bahwa beliau ini ternyata bisa sukses karena sejak kecil hingga kini bercucu, beliau memiliki passion bermain. Iya, BERMAIN! Kok bisa?

Iya, bisa. Sesuai dengan passionnya, Ibu Septi menganggap semua yang dilakukan adalah bermain. Dia adalah pemain dengan alam sekitar sebagai board game. Dari sinilah tercipta board game land. Kesulitan-kesulitan yang beliau hadapi diubah menjadi sebuah challenge. Dengan bermain, semua akan terasa lebih menyenangkan untuk dilakukan karena kita akan menikmatinya.

“Dengan menikmati permainan, maka energi kalian tidak akan habis. Kalian akan terus ingin bermain. Jika kalian jenuh dan kehabisan ide, maka kalian tidak bermain.”

Pungkas Ibu Septi. Wah, benar juga ya, Friends!

Beliau punya hexagon city yang merupakan board game virtual, di mana pemainnya adalah para ibu. Kota tempat bermain memang virtual, namun hasilnya aktual, yaitu keberhasilan dalam memicu rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas para ibu dan anak. Inilah keuntungan melaksanakan pembelajaran dengan game-based learning.

Friends, sebenarnya apa saja sih skill yang diperoleh dari game-based learning itu? Nah ada 6 poin skill yang dapat kita peroleh, yaitu: kolaborasi, mengatasi masalah, kemampuan sosial, kepemimpinan, berpikir kritis, dan resolusi konflik.

Dalam dunia pendidikan, seharusnya siswa menjadi subyek pembelajaran, bukan obyek. Inilah yang disebut dengan gamifikasi pendidikan. Dengan gamifikasi pendidikan, guru akan menjadi sosok yang asyik banget, bisa jadi teman main, teman belajar, dan teman diskusi. Dalam efektifitas penerapan lesson learning, akan lebih terlihat dengan menggunakan play book daripada tata tertib yang tertulis karena penyampaiannya akan berbeda.

Gamify your classroom, gamify your bussiness, gamify your community. Ambil peranmu dengan bahagia.” 

Anak-anak dapat diberikan project untuk mendesain board game sesuai dengan apa yang mereka pahami, kemudian dipamerkan. Dengan demikian, anak-anak akan belajar untuk membuat aturan dan memahami konten belajar dengan lebih gembira. Jika ada ide, catat! Kemudian Ibu Septi mengutarakan prinsip yang selama ini beliau pegang dalam menuangkan ide-idenya dalam board game, yaitu “Mulai dulu, sempurnakan kemudian”. Dalam hal ini, beliau menyarankan untuk berdiskusi dengan para ahli  di dunia game demi menyempurnakan konsep sederhana dari board game kita.

Nah, kembali lagi nih ke gamifikasi pendidikan. Apa sih langkah-langkahnya? Pertama penentuan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Dari situ kemudian dibreakdown bagaimana langkah-langkah pembelajarannya, apa skill yang diajarkan, penugasannya, reward, dan kompetisi sebagai motivasi belajar. Sebagai contoh, pada lembaga pendidikan yang diasuh oleh Ibu Septi, langkah-langkah gamifikasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

  •        Mengenalkan badges
  •        Mengenalkan poin
  •        Menilai melalui pencapaian
  •        PR menjadi ditunggu-tunggu
  •       Kompetisi untuk berpartisipasi
  •      Supertisi dan kerja sama tim
  •     Ruang kelas bisa berada di mana-mana.

Di akhir sesi, Ibu Septi mengingatkan, 

“Kebahagiaan anak nomor satu. Anak bukan menjadi seperti kemauan guru maupun orang tua.” 

        So, bagaimana Friends? Apa kalian setuju?


Referensi :

http://ecofun.id/

https://informatics.uii.ac.id/2021/04/24/gamifikasi-untuk-pendidikan-di-masa-depan-bagaimana-bisa/

https://www.theseadproject.org/

 

 

 

 

 

6 komentar

  1. asyiik...., main game ternyata bisa bikin otak sehat ya. apalagi board game yang dibahas disini bisa dibuat bervariasi sesuai kebutuhan. keren.

    salam blogger dan salam HOKI

    BalasHapus
  2. Yes, ini nih yang harus dipahami bersama. Suasana main yang enjoy malah bikin ketagihan.. So harus pinter-pinter juga milihnya.. Ketagihan game secara gak sadar juga ketagihan belajar..

    Salam blogger.

    BalasHapus
  3. Halo, salam kenal mom. Banyak yang masih pakai metode konvensional buat ngajarin anaknya, padahal metode bermain ini sangat efektif dalam stimulasi dan pemahaman anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal balik kakak.. Memang masih harus membenahi mindset dulu nih.. Biar nantinya bisa menerima bermain sebagai metode belajar.. Karena kata 'main' sendiri sudah telanjur identik dengan 'ketidakseriusan'.. PR ini kak..

      Makasih ya sudah mampir..☺

      Hapus
  4. Mengapa belajar tidak seperti bermain, itu yg aku terapkan ke anak2 skrg^^

    BalasHapus
  5. bener banget kak, masih muter otak juga saya kalau mau ngajak belajar..

    salam kenal. thx sudah bw..

    BalasHapus
Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified
Russian Portuguese English French
German Spain Italian Dutch
Komunitas